jogja, 11 september 2017 .
Bagaimana bisa sesakit ini untuk tidak memikirkan hal yang pantas untuk dikenang,
berlalu seiring waktu meninggalkan kenangan yang berceceran di jalan setapak menuju bukit hijau penuh rimbunan pinus nan hijau,
di pematang sawah yang ditanami padi beralaskan lumpur sedalam satu hasta, pagi sejenak setelah mentari menyapa peradaban desa yang guyup,
sebelum senja tiba dan menenggelamkan mentari yang tadinya menghangatkan,
bagaimana aku lupa ketika kita berjalan beriringan disisipi percakapan ringan tentang analogika sederhana namun diresapi hati yang lemah dan kering,
seakan-akan rumput menikmati celotehan kita, saling menatapi satu sama lain, bahkan suaramu lebih merdu dari kicauan burung menjelang senja.
Apa harus diakui saja, selepas perpisahan itu mata tak mau terpejam, tidurku disekap oleh dua gelas kopi hitam menggairahkan mata ini untuk tetap terjaga memikirkan bagaimana, kapan dan dimana episode kita selanjutnya. bukan berarti batu besar tak merindu aliran sungai yang hanya hinggap dan mengalir begitu saja tanpa berfikir mengikuti alunan arus yang beranjak, bukankah batu itu hanya terhalang oleh masa yang lebih besar dari pada arus ? entahlah, bisa saja arus sungai tak mampu merobohkan batu agar beriringan hanyut dalam arus, atau mungkin batu yang terhalang masa sehingga enggan untuk beranjak dari kegelisahannya meninggalkan masa itu sendiri. malangnya sungai dan batu yang saling merindu namun tak sampai melepaskan rindu mereka yang terhalang. meskipun antara keduanya tengah mengakui rasa itu adanya.
Bukan keputus asaan yang aku ungkapkan ini, aku hanya mencari cara agar rinduku tak terasa sakit untuk dikenang, tak terasa sakit untuk diungkapkan, tak terasa sakit untuk dibagi, dan tak terasa sakit untuk dilepaskan. bahkan, aku pernah katakan kalaupun nanti masa yang akan mengokohkan kedudukanmu, sungai akan tetap mengalir meskipun akan terasa sakit pada awalnya. semoga di hilir semuanya terasa lapang,layaknya tatapan indahmu diakhir perjalanan.
Maafkan aku tuhan, sepertinya cintaku terbagi untuk saat ini, kepada sesama makhluk fana. aku sendiri tak mengerti alasan atas pertemuan yang telah Engkau aturnya seindah ini. berikan jawabmu Tuhan. bila ini hanyalah ujian untuk mengetahui keimananku, Kemahatahuanmu tak terbatas hingga dalam sanubariku berteriak menyebut namanya melebihi namaMu. ampuni aku tuhan. akan kusandarkan rinduku padanya atas dasar cintaku Pada-Mu duhai dzat yang memiliki Cinta.